Kamis, 22 Agustus 2019

Pengertian
Apa itu alergi makanan ?

Alergi makanan adalah suatu reaksi yang timbul sebagai akibat dari kekeliruan sistem imun dalam menanggapi protein yang terkandung dalam makanan.
Akibatnya timbul respons protektif berupa pelepasan histamin dan mediator lainnya yang dapat memengaruhi sistem pernapasan, pencernaan, pembuluh darah dan kardiovaskular.


Kondisi ini memengaruhi 250 - 550 juta orang di seluruh dunia.
Dengan prevalensi 6-8% terjadi pada anak di bawah usia 3 tahun dan 4% pada orang dewasa.
Ada kemungkinan alergi telur dan susu sapi akan menghilang seiring bertambahnya usia.
Namun tidak dengan alergi kacang-kacangan dan hidangan laut yang umumnya akan terus menetap.


Alergi makanan berbeda dengan intoleransi makanan, meski keduanya memiliki gejala yang hampir sama.
Pada intoleransi makanan, reaksi yang timbul tidak melibatkan sistem imun namun di picu oleh beberapa faktor seperti ketiadaan enzim tertentu, zat tambahan dalam makanan, faktor psikologis, penyakit celiac dan beberapa faktor lainnya.


Gejala intoleransi makanan pada umumnya timbul secara bertahap, tidak serta merta timbul saat itu juga.
Penderitanya pun masih dapat mengonsumsi makanan tertentu dalam jumlah kecil.
Berbeda dengan alergi makanan yang langsung menimbulkan reaksi selepas mengonsumsi makanan tertentu meski hanya sedikit.


Ikhtisar Penyakit Alergi Makanan

Organ terlibat Memengaruhi organ pada sistem pernapasan, pencernaan dan pembuluh darah.
Penyebab Protein dalam makanan tertentu.
Penularan Tidak menular.
Gejala Biduran, mual, muntah, mengi, sesak napas, pembengkakan pada wajah, sekitar mata maupun bibir.
Pengobatan Antihistamin dan injeksi epinefrin (adrenalin).


Tanda dan Gejala
Apa saja ciri-ciri dan gejala alergi makanan ?

Tanda dan gejala alergi makanan yang paling umum meliputi:

  1. Gastrointestinal. Diare, sembelit, mual, muntah, penolakan makan, regurgitasi, disfagia dan kolik.
  2. Respiratorius. Mengi, batuk, sesak napas, hidung tersumbat, bersin dan rinore.
  3. Kulit. Urtikaria (biduran) dan angiodema atau pembengkakan pada wajah, sekitar mata, bibir, lidah dan langit-langit mulut.

Pada beberapa orang, alergi makanan dapat memicu reaksi alergi parah yang disebut dengan anafilaksis.
Kondisi ini merupakan keadaan gawat darurat yang membutuhkan penanganan medis sesegera mungkin karena dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian.
Reaksi yang ditimbulkan antara lain seperti:


  • Konstriksi atau penyempitan saluran udara yang menyebabkan kesulitan bernapas.
  • Pembengkakan atau sensasi benjolan pada tenggorokan.
  • Takikardia atau peningkatan detak jantung yang sangat cepat.
  • Tekanan darah yang menurun secara drastis.
  • Pingsan atau hilang kesadaran.

Beberapa orang memiliki kepekaan yang sangat terhadap alergen makanan, sekedar bersentuhan atau mencium baunya saja dapat memicu timbulnya reaksi.

Kapan harus periksa ke dokter ?
Segera periksakan diri ke dokter apabila mendapati gejala alergi sesaat setelah mengonsumsi makanan tertentu.
Hubungi instalasi gawat darurat sesegera mungkin bila mendapati adanya reaksi anafilaksis.


Penyebab dan Faktor Risiko
Apa penyebab alergi makanan ?
Hampir semua jenis makanan dapat menyebabkan alergi.
Namun ada beberapa jenis makanan tertentu yang bertanggung jawab pada sekitar 90% kejadian alergi di seluruh dunia, diantaranya yakni makanan laut misalnya udang (alergi udang), telur, kacang-kacangan, gandum, kedelai dan susu.


Pada anak-anak, telur, susu dan kacang-kacangan menjadi penyebab alergi yang paling umum.
Sedangkan orang dewasa lebih sering mengalami alergi pada makanan laut juga kacang-kacangan.
Tak jarang ada pula orang dewasa yang mengalami reaksi alergi selepas mengonsumsi buah dan sayur segar, suatu kondisi yang disebut dengan sindrom alergi oral.


Siapa yang lebih berisiko terjangkit alergi makanan ?
Faktor risiko alergi makanan meliputi:

  • Riwayat keluarga. Seseorang akan lebih berisiko mengalami alergi makanan apabila ia terlahir dari keluarga yang memiliki riwayat alergi atau penyakit atopik seperti eksim, asma, urtikaria dan hay fever (rhinitis alergi).
  • Riwayat pribadi. Seseorang dengan penyakit asma dan alergi lainnya berisiko besar mengalami alergi makanan.
  • Usia. Alergi makanan lebih sering terjadi pada anak-anak terutama bayi dan balita dibandingkan orang dewasa. Khusus untuk alergi susu dan telur biasanya akan menghilang seiring bertambahnya usia.

Pemeriksaan dan Diagnosis
Bagaimana memastikan diagnosis alergi makanan ?
Diagnosis alergi makanan diawali dengan anamnesis, yakni tanya jawab seputar gejala, makanan apa yang diduga menjadi penyebab, riwayat alergi anggota keluarga dan riwayat kesehatan pasien sendiri. Kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik menyeluruh.

Beberapa pemeriksaan penunjang yang tersedia antara lain sebagai berikut:

  1. Tes tusuk kulit. Tes ini dilakukan dengan cara menusukkan jarum kecil khusus yang mengandung ekstrak alergen atau sampel makanan yang dicurigai sebagai penyebab. Hasilnya akan diperoleh dalam waktu 15-20 menit. Jika positif (+), maka akan timbul bentol merah dan gatal pada area kulit yang ditusuk.
  2. Tes IgE spesifik. Bagi yang kurang sensitif atau justru sangat sensitif terhadap tes kulit, dapat memilih tes IgE spesifik. Tes ini bertujuan untuk memeriksa kadar antibodi IgE terhadap makanan tertentu dalam darah. Dilakukan dengan metode ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay). Hasilnya tersedia kurun waktu sekitar seminggu.
  3. Tes eliminasi provokasi makanan. Mengeliminasi makanan tertentu yang diduga sebagai penyebab selama 4-6 minggu. Selepas itu makanan diprovokasi atau diperkenalkan kembali. Jika gejalanya hilang saat makanan dieliminasi namun datang lagi setelah diperkenalkan kembali, disimpulkan mengalami alergi.

Obat dan Pengobatan

Bagaimana cara mengobati alergi makanan di rumah ?
Tidak ada pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengobati alergi makanan.Satu-satunya cara yang paling efektif yakni dengan menghindari makanan tertentu yang di duga sebagai penyebab.
Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi mengenai makanan pengganti yang tersedia guna mencukupi kebutuhan nutrisi.


Apa saja penanganan dan obat alergi makanan di layanan kesehatan ?
Ada dua jenis pengobatan utama yang dapat digunakan untuk meringankan gejala alergi makanan.
Pertama antihistamin, digunakan untuk mengatasi reaksi alergi ringan hingga sedang.
Tersedia dalam bentuk obat resep maupun obat bebas.
Sebaiknya konsultasikan dahulu dengan dokter pemilihan jenis histamin yang tepat.


Pengobatan kedua dengan menggunakan injeksi epinefrin (adrenalin) bertujuan untuk mengatasi reaksi alergi yang parah atau anafilaksis.
Obat ini bekerja dengan dua cara, yakni mempersempit pembuluh darah guna melawan efek tekanan darah rendah dan melebarkan saluran pernapasan guna membantu meredakan kesulitan bernapas.


Komplikasi
Apa bahaya komplikasi alergi makanan yang mungkin timbul ?
Komplikasi alergi makanan meliputi anafilaksis dan dermatitis atopik.

Pencegahan
Bagaimana mencegah alergi makanan ?
Cara terbaik yang dapat dilakukan guna mencegah timbulnya reaksi alergi ialah dengan mengetahui dan menghindari makanan tertentu yang menjadi pemicunya.
Berhati-hatilah ketika mengonsumsi makanan di luar rumah atau makanan kemasan.
Pastikan untuk membaca label makanan dengan saksama.


Khusus orang tua, disarankan untuk memberikan ASI ekslusif selama 6 bulan pertama sejak bayi dilahirkan.
Tanpa perlu memberikan makanan atau minuman apapun.
Hal ini bertujuan guna mencegah alergi dan memastikan kesehatan bayi yang optimal.
Pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) hanya diperkenankan ketika bayi telah memasuki usia 6 bulan.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Artikel Kesehatan - Blogger Templates - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -